Rabu, 03 Januari 2024

Badai Berujung Pertarungan

Tadi siang tiba-tiba hujan sangat deras, bisa dibilang badai. Padahal aku ada agenda shooting untuk keperluan media sosial. Aku berencana mengambil video di rumah pacar, taman di depan rumahnya sangat cantik dan cocok untuk menjadi latar video tanpa harus susah payah menata properti. 

Hanya saja, aku bangun kesiangan. Itu masalahnya.

Hari sebelumnya, aku berkata pada pacarku bahwa aku akan datang pagi. Selesai pengambilan video, aku dan dia berencana pergi ke cafe terdekat untuk menyelesaikan pekerjaan. Yah, kami memang sering bekerja dari cafe. Pekerjaan kami tidak membutuhkan kami untuk hadir di kantor. Sebuah privilege, kata sebagian orang.

Apa daya, ternyata aku baru bangun pukul 11 siang. Bodohnya lagi, aku tidak langsung mandi dan bersiap-siap untuk pengambilan video, namun tenggelam dalam media sosial kurang lebih selama 20 menit. Ketika aku sudah memiliki cukup niat untuk beranjak dan mandi, hujan tiba-tiba datang. Sangat deras.

“Badai hebat di sini. Seram dan gelap. Anginnya kencang.” aku mengirim pesan pada pacarku. Memberinya kabar bahwa aku akan telat datang karena hujan, meskipun pada akhirnya aku batalkan pengambilan video untuk hari ini.

Sebagai gantinya, saat hujan sudah mereda, aku langsung pergi menuju cafe tujuan kami. Sudahlah, tidak ada gunanya juga mengambil video hari ini. Cahayanya minim karena mendung. Itu akan mempengaruhi kualitas video, dan aku tidak suka itu.

Namun, hal yang sebenarnya paling tidak aku suka adalah kenyataan bahwa aku masih gagal memperbaiki diriku. Ini sudah tanggal 3 Januari dan aku masih bangun kesiangan, masih menelusuri sosial media selama puluhan menit, masih belum bisa komitmen dengan diri sendiri. Sungguh memalukan.

Biasanya aku akan menulis kata-kata penyemangat untuk diriku, seperti “Ayo kamu pasti bisa!” atau “Besok harus lebih baik lagi!”. Tapi kurasa kali ini aku hanya merasa harus memaki diriku. Harus lebih kejam pada diriku sendiri. Karena bukankah ini pertarungan antara aku dan diriku? Jika aku terus menerus memanjakan diriku dengan menganggap ketidakmampuanku mengendalikan diri adalah hal yang biasa dan memaafkannya, aku tidak akan pernah mencapai apapun yang ingin aku capai. 

Kurasa begitu. Menyedihkan.

Sekali lagi, aku harus melawan diriku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar