Senin, 08 Januari 2024

Balada Kecerdasan Buatan

Dunia maya sedang dihebohkan oleh kecerdasan buatan yang semakin lama kian berkembang. Beberapa orang senang dengan kehadirannya karena memudahkan segala pekerjaan, dan hemat tentu saja. Yang lain tidak mendukung adanya kecerdasan buatan ini karena mengancam pekerjaan mereka.

Aku tentu saja si-yang-pekerjaannya-terancam atas munculnya kecerdasan buatan. Ya, aku si seniman yang orang bilang bisa dengan mudah digantikan oleh robot dengan kecerdasan buatan.

Namun, aku tidak takut. Kalaupun suatu hari nanti ada peperangan antara manusia dan robot, seperti dalam film 'Mitchells and the Machines', kurasa manusia akan tetap menang.

Aku telah memperhatikan berbagai karya visual yang dibuat oleh kecerdasan buatan. Yah, proses pembuatannya cukup mudah, kau hanya perlu menuliskan lukisan yang seperti apa yang ingin kamu dapatkan, objek apa, latar belakang bagaimana, karakteristik objek, lalu tunggu sampai robot itu bekerja dan menghasilkan sebuah karya untukmu. 

Hanya saja, setelah aku menemukan puluhan (tidak, ratusan) gambar yang dibuat oleh robot kecerdasan buatan ini, aku merasa bosan. Robot itu menghasilkan pola yang sama, dan seluruh karya dari kecerdasan buatan seperti tak bernyawa. Yah, tidak bisa kupungkiri bahwa hasilnya bagus dan detail (meski masih banyak kesalahan di sana-sini), pewarnaan yang bagus, gambar seperti seorang seniman yang telah berlatih puluhan tahun, Namun, terasa dingin dan tak bernyawa. Aku tidak pernah menemukan sebuah perasaan hangat, atau perasaan-perasaan lain dari gambar yang dihasilkan robot.

Bukankah seharusnya itu esensi dari sebuah karya seni? Kita bisa merasakan apa yang sebenarnya dirasakan dan ingin disampaikan oleh sang seniman, hanya dengan melihat karya asli hasil dari kedua tangannya  (dan hati serta pikiran sang seniman). Seringkali aku pergi ke galeri atau museum seni, memperhatikan lukisan-lukisan, patung, atau karya seni dengan media lainnya, yang dibuat langsung oleh manusia, dan merasakan sesuatu yang mungkin saja belum pernah aku rasakan sebelumnya. Perasaan yang datang dari setiap karya seni di galeri yang aku kunjungi. Terkadang aku merasakan marah setelah melihat sebuah lukisan, terkadang aku merasakan ada yang memelukku, perasaan aman dan nyaman, pada sebuah karya seni patung, kadang juga aku bisa menangis di depan sebuah karya yang membuatku merasakan sakit dan penderitaan. Aku sungguh menyukai pengalaman ini, pengalaman yang hanya bisa kau dapatkan pada karya yang dibuat asli oleh tangan manusia, dibubuhi cerita dan pengalaman dari si pencipta karya. Sungguh, rasanya menyenangkan, seperti menjadi bagian dari sang seniman.

Pengalaman dan perasaan unik itu lah yang tidak pernah aku dapatkan dari karya-karya yang dihasilkan oleh robot. Pasalnya hasil dengan bentuk, warna, dan detail yang ciamik, bukan berarti bagus dan cocok untuk penonton. Dalam sebuah karya pun ada cerita, komposisi dan mood, dan itulah yang menggiring penonton untuk ikut masuk ke dunia sang pencipta karya.

Tetap saja, apakah nanti akan ada peperangan robot kecerdasan buatan dengan manusia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar